Oleh : KH Abdullah Gymnastiar
Saudaraku, andaikata kita ingin tahu masa depan kita, sederhana sekali, lihat apa yang kita lakukan saat ini. Kalau saat ini kita pemalas, yang akan terjadi adalah masa depan yang suram. Begitupun bila licik, pasti masa depan kita tidak berbeda jauh dengan kelicikan yang dikerjakan saat ini.
Karena tidak ada satu pun yang kita lakukan, kecuali akan kembali kepada kita. Perbuatan baik akan menjadi buah kebaikan bagi kita, tidak sekarang, mungkin nanti. Begitu pula jika amal buruk yang dikerjakan, pasti berbuah keburukan pula bagi pembuatnya. Kita semua sungguh harus menyadari dan memahami bahwa tidak ada yang celaka, kecuali buah dari pekerjaan kita sendiri.
Oleh karena itu, kewjiban kita hanya dua hal. Pertama, serius mencari, menemukan kekurangan diri kita; tidak usah pula sibuk membela diri. Kedua, mengembangkan terus kemampuan kita supaya mampu berbuat lebih baik. Karena kemuliaan seseorang dilihat dari tingkat manfaatnya bagi orang lain.
Sebagaian besar orang memang cenderung lebih sibuk dengan kepentingan dirinya, dengan aktivitas yang sepertinya dapat menguntungkan diri. Padahal tidak akan pernah mulia orang yang sibuk untuk mencari keuntungan diri semata.
Orang yang akan sukses dan mulia adalah orang yang senantiasa berbuat untuk orang lain. Sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah Muhammad SAW. Dalam setiap detik kehidupannya, beliau berkorban siang malam demi kebaikan ummatnya.
Sebaliknya, koruptor, penjahat, biasanya berkarakter mementingkan diri sendiri. Begitulah bahayanya negara kita sekarang, dimana justru korupsi merajalela.
Untuk itu agar masa depan kita lebih baik, agar kita menjadi orang yang sukses, yang manfaat bagi banyak orang, salah satu cirinya adalah kita harus belajar berupaya menjadi yang mempunyai kepekaan dan kepedulian; terhadap ladang amal, ilmu, perasaan orang lain, dan juga terhadap hikmah.
Begitu ada ladang amal, segera kerjakan,jangan ditunda. Bahkan, dalam radius 5 meter perhatikan sekeliling kita, bisa jadi ada ladang amal dari Allah bagi kita.
Juga terhadap ilmu, setiap saat pertemuan dengan siapapun harus menjadi ilmu dan hikmah yang manfaat bagi kita. Rugi sekali kalau aktivitas kita tidak menjadikan ilmu dan hikmah kita bertambah. Lalu kita harus belajar peka dan peduli pada perasaan orang lain. Jangan sampai ada perbuatan, perkataan kita yang mendzalimi, yang menyakiti hati orang lain. Hidup kita harus bersih dari menyakiti hati orang lain.
Mudah-mudahan dengan selalu melatih kepekaan dan kepedulian agar tetap dalam kebaikan, bagi diri dan orang lain, menjadikan masa depan kita lebih baik, lebih barokah, lebih maslahat. Amiin