K.H. Abdullah Gymnastiar
Saudaraku para tamu Allah dan juga saudaraku di Tanah Air yang
kali ini atas izin Allah bisa merasakan getaran orang - orang yang bersyukur di
Tanah Arafah. Inilah saat yang paling dirindukan oleh orang - orang yang
beriman, saat diundang ke tanah dimana Allah menghadapkan hamba-hamba-Nya
kepada para malaikat di hari Arafah.
Pada saat inilah Allah menjanjikan pembebasan api jahannam
sebanyak-banyak hamba-hamba-Nya. Dan pada hari ini Allah juga menjanjikan
diampuni lumuran dosa-dosa, dihapus aib-aib yang menyelimuti, kerak-kerak
kenistaan disingkirkan, dibukanya lembaran-lembaran baru yang putih bersih.
Saudaraku para tamu Allah.
Begitu banyak orang yang bertawakkal dan bersimpuh di hadapan
Allah. Di seluruh pelosok negeri. Mungkin di pedesaan, di lereng-lereng, maupun
di persawahan. Mereka ini mungkin siang malam bersandar kepada Allah. Mereka
tiada henti memuja Allah. Bahkan mungkin bisa jadi kedudukan mereka lebih
tinggi di sisi Allah dibanding kita yang sehari-hari melumuri diri dengan dosa,
lebih banyak dipakai memuaskan diri kita dibanding memuaskan perintah allah.
Tapi sampai sekarang mereka belum pernah merasakan nikmatnya jamuan Allah di
Arafah ini.
Inilah saatnya kita harus merasa malu. Karena, lebih banyak orang
yang berhak wukuf di Arafah ini dibanding kita. Kita lihat orang dikeningnya
berbekas dengan bekas sujud hanya bisa menangis sepanjang hayatnya untuk bisa
dijamu oleh Allah di Padang Arafah ini. Tapi, kapan kita melakukan seperti itu ?
Karena itu, saudaraku yang hadir di bumi Arafah ini, hari ini
adalah hari buat kita untuk bersyukur. Bisa jadi kita hadir di tempat ini bukan
karena kesalehan kita. Kehadiran kita di sini mungkin karena ridho Allah atas
orang-orang yang kita sakiti yang mereka balas sakit hatinya dengan doa
kemuliaan bagi kita.
Mungkin kita berada di tempat ini berkat doa fakir miskin yang
kita lempar dengan uang seratus rupiah tapi mereka menerimanya dengan ridla dan
memohon kepada Allah agar mengampuni kita. Mungkin kita berada di tempat ini
berkat doa para pembantu yang tidak pernah kita hargai jasa baiknya tetapi
mereka sabar bangun malam dan meminta kita diberi hidayah. Mungkin kita berada
di tempat ini karena doa orang tua kita yang tiada henti-hentinya agar memiliki
anak yang shaleh dan shalehah, padahal begitu sering kita melukai hatinya. Atau
mungkin kita berada di tempat ini karena doa anak-anak kita yang sering
dikecewakan dengan contoh buruk yang kita lakukan sehingga mereka meminta
kepada Allah agar memiliki orang tua yang shaleh dan shalehah.
Tentunya tiada kebaikan yang mengantar kita ke tempat ini selain
kemurahan Allah Yang Maha Agung. Kita berutang banyak saudara-saudaraku
sekalian.
Baiklah saudara-saudaraku sekalian.
Tidak ada jalan bagi kita untuk menjadi sombong dan takabur dengan
jamuan Allah di Arafah ini, kecuali kita harus malu dan jujur kepada diri
sendiri. Harta yang Allah titipkan kepada kita, tak jarang kita nafkahkan
sekadar sisa dari uang jajan kita. Zakat enggan kita bayarkan. Sedekah bagi
orang yang paling lusuh dengan cara yang paling memalukan. Bahkan kita lebih
suka membelikan barang-barang yang mahal untuk kita pamerkan kepada makhluk
daripada menafkahkan harta di jalan Allah untuk bekal kepulangan kita.
Lalu lihatkan bagaimana kita bersujud kepada Allah. Dari 24 jam
satu hari Allah memberikan waktu kepada kita, sujud sering kita percepat.
Bahkan kalau perlu hampir tidak pernah ingat kepada Allah Yang Maha Agung.
Dimanakah letak amal baik kita ? Nikmat dari Allah tiada henti dan tiada putus.
Sedangkan pengkhianatan kita tiada henti dan tiada terputus. Entah mengapa
Allah memberikan kesempatan kita berad di tanah Arafah ini ? Rasanya lebih
banyak orang yang lebih layak untuk dimuliakan Allah saat ini.
Saudara-saudaraku sekalian.
Hari ini Allah menurunkan para malaikat di sekitar kita. Sebagian
para malaikat sudah menyaksikan aib-aib yang ada pada diri kita. Sebagian para
malaikat yang lain tahu secara persis siapa diri kita, ada yang mencatat
kata-kata kita yang begitu jarang menyebut nama Allah. Lalu mereka tahu betapa
banyak orang yang terluka hatinya, tercabik-cabik perasaannya. Allah Maha Tahu
fitnah yang tersebar karena lisan kita selama ini, berapa banyak orang
terjerumus ke dalam maksiat karena kita yang menunjukkannya. Diantara malaikat yang
hadir saat ini ada yang menyaksikan kita mendekati zina dengan mata kita,
dengan lisan kita, karena tiada yang tersembunyi bagi Allah.
Sesungguhnya hari ini adalah hari yang paling malu bagi kita.
orang yang busuk seperti kita ini diberi kesempatan di tempat yang mulia,
bahkan amal-amal yang paling tidak disukai Allah kita pun sering melakukannya.
Kesombongan, ketakaburan adalah amal yang membuat iblis dilaknat oleh Allah
selamanya. Tidak akan pernah selamat masuk syurga bagi orang yang di dalam
hatinya ada takabur walau sebesar biji zarrah.
Lihatlah apa yang Allah titipkan bagi jalan kesombongan bagi kita.
Otak dicerdaskan sedikit oleh Allah. Kita diberi kesempatan sekolah, kesempatan
kuliah. Namun malah membuat kita petantang-petenteng menganggap remeh orang tua
kita yang pendidikannya tidak setinggi kita.
Padahal demi Allah saudara-saudaraku, otak ini adalah milik Allah.
Jikalau Allah mengambil beberapa bagian saja, niscaya kita tidak bisa mengingat
apapun. Sungguh ! Gelar, pangkat adalah lambang kebodohan bagi orang-orang yang
takabur. Malu kita mengapa diberi otak yang sulit mengenal Allah. Padahal otak
kita ini tunduk mengejar keagungan Allah.
Kita diberikan harta yang cukup. Tapi kita sering tidak
mempedulikan darimana harta itu kita dapatkan. Yang haram kita ambil, hak orang
lain kita tahan. Zakat lupa kita bayarkan. Kita lumuri diri kita dengan
kenistaan. Naudzubillaahi min dzalik. Tapi kita bangga dengan kendaraan
yang mewah, dengan rumah yang megah, dengan perhiasan. Padahal, sungguh semua
itu adalah sekadar titipan Allah, yang Allah juga berikan kepada
makhluk-makhluk nista lainnya. Para penjahat, para pelacur, pezina, orang-orang
yang durjana diberi dunia oleh Allah. Karena dunia bukan tanda kemuliaan bagi
seseorang. Dunia adalah fitnah, cobaan bagi manusia. Sungguh malang bagi orang
yang takabur dengan tempelan duniawi, padahal Allah menghinakan seseorang
dengan duniawi itu sendiri.
Saudara-saudaraku sekalian.
Waspadalah sepulang dari tempat ini. Haji yang mabrur adalah haji
yang merasa malu kepada Allah. Allah memberikan nikmat tiada henti. Kita jarang
mensyukurinya bahkan kita mengkhianatinya. Allah Yang Maha Agung, Allah Yang
Maha Perkasa, memberikan kesempatan kali ini kepada kita untuk mengubah sisa
umur kita.
Mungkin, mungkin kali ini adalah yang terakhir kali kita berada di
tanah Arafah ini. Tidak ada jaminan kita tahun depan dapat bertemu kembali di
tempat ini. Tanah yang kita duduki ini akan menjadi saksi di akhirat nanti.
Kita berangkat mengeluarkan harta, waktu, tenaga. Kita lalui jalan
berjam-jam sampai tempat ini, tapi nikmat sekali. Itulah nikmat yang datang
dari Allah.
Nikmat adalah pengorbanan. Rasulullah Saw mulia bukan karena apa
yang dimilikinya, tapi pengorbanan untuk ummat. Harta yang dikorbankan, tenaga
yang dikorbankan, waktu yang dikorbankan, perhatian yang dikorbankan, demi
kemaslahatan ummat.
Sepulang dari sini tidak pernah akan bahagia kecuali orang yang
paling menikmati berkorban untuk orang lain. Yakinkanlah bahwa apapun yang kita
miliki agar bermanfaat sebanyak-banyaknya bagi hamba Allah. Sebaik-baik manusia
adalah orang yang banyak manfaatnya.
Saudaraku, Percayalah bahwa kita tidak akan bahagia dengan
mengumpulkan uang. Justru kebahagiaan datang dengan menafkahkan uang. Kita
tidak bahagia dengan ingin ditolong orang lain. Kita bahagia justru dengan
menolong orang lain. Kebahagiaan hati kita dengan menghargai orang lain.
Jadikanlah diri kita menjadi orang yang tidak pernah berharap apapun selain
dari Allah. Itulah kebahagiaan yang awal dari pelajaran kita.
Yang kedua, ingatlah baik-baik. Kain ihram yang kita pakai ini
ternyata inilah yang menemani kita saat pulang nanti, tidaklah harta, tidak
pangkat, dan juga tidak jabatan. Semua itu adalah topeng sejenak saja yang
tidak berharga sama sekali, kecuali penyandangnya memiliki rasa syukur dan
takwa kepada Allah.
Saudaraku, sepulang dari tempat ini pastikan jangan sembunyi di
balik jabatan. Jangan sembunyi di balik penampilan yang bagus. Jangan
bersembunyi di balik rumah yang megah. Jangan bersembunyi di balik gelar yang
berenteng. Tapi bersembunyilah di balik Allah.
Harta, pangkat dan jabatan tidaklah berharga kecuali orang
bertaqwa kepada-Nya. Sekuat-kuatnya jangan ubah yang Allah titpkan ini menjadi
jalan kesombongan kita. Tiada yang dimuliakan oleh Allah. Tiada satupun yang diangkat
derajatnya oleh Allah, kecuali orang yang tawadhu. Tiada seorangpun yang
tawadhu diantara kamu, semata-mata karena Allah, kecuali Allah akan meninggikan
derajatnya.
Oleh karena itu, sepulang dari sini pastikanlah menjadi orang yang
paling rendah hati, yang tidak akan memamerkan topeng seperti ini, kecuali
insya Allah, kemuliaan akhlak yang menjadi andalan bekal kepulangan dan
kemuliaannya.
Dan yang ketiga, saudaraku sekalian, sepulang dari haji ini
ingatlah baik-baik bahwa Alah menciptakan haji dengan pertemuan dari segala
bangssa. Kulit hitam, mata sipit, yang tingi, yang buruk, yang cacat ; mereka
semua adalah saudara kita. Terkadang kita merasa saudara karena darah,
persaudaraan karena tempat, persaudaaraan karena bangsa, tapi kita lihat di
sini, saudara kita begitu bnayak. Pepatah mengatakan satu musuh sudah
mempersempit kehidupan kita, tapi memperbanyak teman tidak akan pernah cukup,
sebab memperbanyak teman adalah memperbanyak saudara. Sesungguhnya orang yang
beriman itu bersaudara.
Orang-orang yang merasakan banyak saudara hidupnaya akan lebih
ringan. Kita berbelanja dengan harga yang mahal, kita bersyukur karena bisa
menafkahi, pedagang yang masih saudara kita sendiri.
Kita naik kendaraan umum dengan membayar kelebihan kita bahagia
karena sudah memberikan bekal bagi para keluarga keturunan para sopir saudara
kita sendiri. Kita mendidik orang sehingga maju, namun tidak berterima kasih
tidak apa-apa, karena mereka adalah saudara kita sendiri. Semakin banyak yang
kita bantu, Insya Allah semakin berbahagia dan ringan hidup kita ini.
Dan yang terakhir ingatlah baik-baik.
Hari ini adalah penutup lembaran lama kita. Sudah terlaalu lama
kita gunakan untuk mengkhianati Allah. Sudah terlalu banyak nafas kita diisi
lalai kepada Allah. Sudah terlalu banyak keringat kita untuk mendzolimi
kebenaran. Sudah terlalu banyak harta yang kita nafkahkan kita tidak di jalan
Allah.
Saudaraku sekalian, mau kemana lagi, hidup hanya satu kali dan
sebentar. esok lusa mungkin malaikat maut sudah berada di hadapan kita. Pastikan
mulai saat ini, tekadkan dalam hati kita Insya Allah tiada tujuan dalam hidup
kami selain Engkau. Tiada yang kami tuju selain pulang kepad-Mu, Ya Allah.
Dunia pasti kita tinggalkan, harta kami tinggalkan, keluarga kami tinggalkan,
kami ingin bisa berjumpa denganmu Ya Allah. Tuntun dengan amal yang bisa
membuat berjumpa dengan-Mu. Tingkatkan kepada kami segala bekal yang bisa
membuat kami berjumpa dengan-Mu, Ya Allah karuniakan segala nimat yang bisa
membuat kami bisa mensyukuri, agar kami bisa berjumpa dengan--Mu, bebaskan kami
dari setiap harta dan kesibukan apapun yang tidak bisa membuat kami berjumpa
dengan-Mu. Barangsiapa yang merindukan berjumpa dengan Allah, niscaya hari-hari
yang dia nanti adalah hari-hari pertemuan dengan Allah. Hari-hari yang diisi
dengan bekal; untuk pulang hidup di dunia adalah kesenangan yang menipu sejenak
saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar